H I M P U N A N
Kumpulan
data (objek) inilah yang selanjutnya didefinisikan sebagai himpunan. Pada bab
ini akan dibahas tentang definisi dan keanggotaan suatu himpunan, operasi
himpunan dari beberapa jenis himpunan.
1 Definisi dan Keanggotaan Suatu Himpunan
Himpunan
(set) merupakan sekumpulan objek-objek yang berbeda yang dapat
didefinisikan dengan jelas. Objek di dalam himpunan dinamakan unsur atau
anggota himpunan. Keanggotaan suatu himpunan dinyatakan oleh notasi ’∈’.
Contoh :
A = {x, y, z}
x ∈ A : x merupakan anggota himpunan A.
w ∉ A : w
bukan merupakan anggota himpunan A.
Ada
beberapa cara dalam menyatakan himpunan, yaitu :
a. Mencacahkan anggotanya
(enumerasi)
Dengan
cara ini, himpunan tersebut dinyatakan dengan menyebutkan semua
anggota
himpunannya di dalam suatu kurung kurawal.
-
Himpunan empat bilangan ganjil pertama: A = {1, 3, 5, 7}.
-
Himpunan lima bilangan prima pertama: B = {2, 3, 5, 7, 11}.
-
Himpunan bilangan asli yang kurang dari 50 : C = {1, 2, ..., 50}
-
Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.
b. Menggunakan simbol
standar (baku)
Suatu
himpunan dapat dinyatakan dalam suatu simbol standar (baku) yang telah
diketahui
secara umum oleh masyarakat (ilmiah).
Contoh :
N = himpunan bilangan alami (natural) =
{ 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2,
-1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
K = himpunan bilangan kompleks
Himpunan
yang universal (semesta pembicaraan) dinotasikan dengan U.
Contoh :
MisalkanU
= {1, 2, 3, 4, 5}
dan
A = {1, 3, 5} merupakan himpunan bagian dari U
c. Menuliskan kriteria
(syarat) keanggotaan himpunan
Suatu
himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan kriteria (syarat)
keanggotaan
himpunan tersebut. Himpunan ini dinotasinya sebagai berikut :
{
x ⎥ syarat yang
harus dipenuhi oleh x }
Contoh :
(i)
A adalah himpunan bilangan asli yang kecil dari 10
A = { x | x ≤ 10 dan x ∈
N } atau A = { x ∈ N | x ≤ 10 }
yang
ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
(ii)
M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah
matematika diskrit}
Atau
M = { x adalah mahasiswa | ia
mengambil kuliah matematika diskrit}
d. Menggunakan Diagram
Venn
Suatu
himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam
suatu
gambar (diagram) yang dinamakan diagram venn.
Contoh :
Misalkan
U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:
Jumlah unsur
dalam suatu himpunan dinamakan kardinalitas dari himpunan tersebut.
Misalkan, untuk menyatakan kardinalitas himpunan A ditulis dengan notasi:
n(A) atau ⎢A ⎢
Contoh :
(i)
B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari
10 },
atau
B = {2, 3, 5, 7 } maka lBl
= 4
(ii)
A = {a, {a}, {{a}} }, maka lAl = 3
Jika
suatu himpunan tidak mempunyai anggota, dengan kata lain dengan kardinalitas
himpunan tersebut sama dengan nol maka himpunan tersebut dinamakan himpunan
kosong (null set). Notasi dari suatu himpunan kosong adalah : ∅ atau {}
Himpunan kuasa (power set) dari
himpunan A merupakan suatu himpunan yang unsur-unsurnya merupakan semua
himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.
Himpunan kuasa dinotasikan oleh P(A). Jumlah anggota (kardinal)
dari suatu himpunan kuasa bergantung pada kardinal himpunan asal. Misalkan,
kardinalitas himpunan A adalah m, maka P(A) = 2m.
Contoh :
Himpunan
kuasa dari himpunan kosong adalah P(∅) = {∅}, sementara
itu himpunan kuasa dari himpunan {∅} adalah P({∅}) = {∅, {∅}}.
Pernyataan
A ⊆ B digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan
bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.
Dua
buah himpunan dikatakan sama jika memenuhi kondisi berikut :
A = B jika dan hanya jika setiap
unsur A merupakan unsur B dan sebaliknya setiap unsur B merupakan
unsur A.
Untuk
menyatakan A = B, yang perlu dibuktikan adalah A adalah
himpunan bagian dari B dan B merupakan himpunan bagian dari A.
Jika tidak demikian, maka A ≠ B.
atau
A = B ô€ƒ™ A ⊆
B dan B ⊆ A
2 Operasi Himpunan
Ada
beberapa operasi himpunan yang perlu diketahui, yaitu : irisan , gabungan,
komplemen, selisih dan beda setangkup.
a. Irisan (intersection)
Irisan
antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∩ ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan yang tidak saling lepas, maka
A ∩ B = { x | x ∈
A dan x ∈ B }
Jika
dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Contoh
:
1.
Misalkan A = {2, 3, 5, 7, 11} dan B = {3, 6, 9, 12},
maka
A ∩ B = {3}
2.
Misalkan A adalah himpunan mahasiswi TI UPY dan B merupakan
himpunan
wanita lanjut usia (50 tahun ke atas)
maka
A ∩ B = ∅.
Hal
ini berarti A dan B adalah saling lepas atau A // B.
b. Gabungan (union)
Gabungan
antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka
A
∪
B = { x | x ∈
A atau x ∈
B }
Jika
dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Contoh :
(i)
Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ∪
B = { 1, 2, 3, 4, 5, 7}
(ii)
A ∪ ∅ = A
c. Komplemen (complement)
Komplemen
dari suatu himpunan merupakan unsur -unsur yang ada pada himpunan
universal
(semesta pembicaraan ) kecuali anggota himpunan tersebut. Misalkan A
merupakan
himpunan yang berada pada semesta pembicaraan U, maka komplemen dari
himpunan
A dinotasikan oleh :
A͑ = { x | x ∈ U dan x ∉ A }
Jika
dinyatakan dalam b entuk diagram Venn adalah :
Contoh :
Misalkan
U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
jika A =
{1, 3, 7, 9}, maka A c = {2, 4, 5, 6, 8}
jika A = { x ∈ U | x habis dibagi dua /2,4,6,8}, maka Ac=
{ 1, 3, 5, 7, 9 }
d. Selisih (difference)
Selisih
antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘– ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka selisih A dan B dinotasikan oleh
A
– B = { x | x ∈
A dan x ∉
B } = A ∩ B͑
Contoh :
Jika
A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 3, 5, 7}, maka A – B
= { 1, 4, 6, 8, 9 ,10}
dan
B – A = ∅
e. Beda Setangkup (Symmetric Difference)
Beda
setangkup antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘ ⊕
‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka beda setangkup antara A dan B
dinotasikan
oleh
:
A ⊕ B = (A ∪ B) – (A ∩ B)
=
(A – B) ∪ (B – A)
Jika
dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :Notasi:
Contoh :
Jika
A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 },
maka
A ⊕ B = { 1, 4, 7 }
Beda
setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:
(a)
A ⊕ B = B ⊕ A (hukum komutatif)
(b)
(A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ (B ⊕
C ) (hukum asosiatif)
f. Perkalian Kartesian (cartesian product)
Perkalian
kartesian antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘× ‘.
Misalkan
A dan B adalah himpunan, maka perkalian kartesian antara A dan B
dinotasikan
oleh :
A × B = {(a, b) ⏐ a
∈ A dan b ∈ B }
Contoh :
(i)
Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = { a, b }, maka
C × D = { (1, a), (1, b),
(2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
(ii)
Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
A × B = himpunan semua titik di
bidang datar
Misalkan
ada dua himpunan dengan kardinalitas berhingga, maka kardinalitas himpunan
hasil dari suatu perkalian kartesian antara dua himpunan tersebut adalah
perkalian antara kardinalitas masing-masing himpunan. Dengan demikian, jika A
dan B merupakan himpunan berhingga, maka:
lA × Bl
= lAl . lBl.
Pasangan terurut (a, b) berbeda dengan (b, a),
dengan kata lain (a, b) ≠ (b, a). Dengan
argumen ini berarti perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu
A × B ≠ B ×
A
dimana A atau B bukan himpunan kosong.
Jika A = ∅ atau B = ∅, maka
A × B = B ×
A = ∅
Hukum-hukum yang berlaku untuk operasi himpunan adalah sebagai
berikut :
1. Hukum identitas:
− A ∪ ∅ = A
− A ∩ U = A
2. Hukum null/dominasi:
− A ∩ ∅ = ∅
− A ∪ U = U
3. Hukum komplemen:
− A ∪ A͑ = U
− A ∩ A͑ = ∅
4. Hukum idempoten:
− A ∪ A = A
− A ∩ A = A
5. Hukum involusi:
(A)= A
6. Hukum penyerapan (absorpsi):
− A ∪ (A ∩ B) = A
− A ∩ (A ∪ B)
= A
7. Hukum komutatif:
− A͑ ∪ B͑ = B ∪ A
− A͑ ∩ B͑ = B ∩ A
8. Hukum asosiatif:
− A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C
− A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
9. Hukum distributif:
− A ∪ (B ∩ C) = (A
∪ B) ∩ (A ∪ C)
− A ∩ (B ∪ C)
= (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
10. Hukum De Morgan:
− B∩ A= B∪ A
− B∪ A= B∩ A
11. Hukum komplemen
− ∅ = U
- U͑ = ∅
Diolah dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar